Selamat Datang

Selamat datang di Jendela Science tempat anda mencari pengetahuan

Rabu, 03 November 2010

Proses Lahirnya Gunung Berapi




Di dalam lapisan selimut bumi tersebut terdapat lapisan yang dikenal dengan astenosfer (asthenosphere) yang bersifat cair kental dengan suhu mencapai ribuan derajat celcius. Lempeng-lempeng tektonik bumi bergerak mengambang di atas cairan astenosfer yang kental dan panas dan selalu berinteraksi satu sama lain. Kecepatan pergerakan lempeng-lempeng bumi ini antara 1 centimeter sampai dengan 13 centimeter setiap tahunnya dengan arah tertentu untuk setiap lempengnya.

Pertemuan antara lempeng-lempeng tektonik tesebut dapat berupa subduksi (penunjaman), seperti antara lempeng Indo-Australia yang menunjam ke lempeng Eurasia, atau saling tarik menarik (divergensi), atau saling bergeser. Daerah penunjaman dua lempeng bumi inilah yang disebut dengan zona subduksi. Daerah batas antar lempeng ditandai dengan adanya palung, punggungan samudera (deretan gunung dan pegunungan di laut) dan pengunungan yang sejajar pantai yang tercipta akibat proses subduksi lempeng tektonik, seperti pegunungan Bukit Barisan di Sumatera. 

Pada saat proses subduksi terjadi, lempeng tektonik yang memiliki massa lebih ringan akan terangkat naik ke atas dan membentuk dataran tinggi serta gunung sedangkan lempeng tektonik yang memiliki massa lebih berat akan menghujam ke dalam astenosfer. Lempeng tektonik yang menghujam astenosfer tersebut akan mengalami tekanan dan pemanasan dengan suhu yang sangat tinggi sehingga mengalami pelelehan. Beberapa dari batuan lempeng tektonik yang meleleh atau disebut juga magma tersebut akan naik ke atas, kembali ke permukaan bumi. Pada saat proses naik ke atas ini magma tersebut juga akan melelehkan kerak bumi yang dilewatinya. Pada saat magma tersebut mencapai permukaan sebuah gunung berapi akan terbentuk dan akan terus melakukan aktivitas vulkanik selama di dalamnya masih terdapat aliran magma.

Dalam perjalanannya seiring dengan waktu tumbukan antar lempeng tektonik tersebut akan terus berlanjut. Seiring dengan berlanjutnya proses subduksi antar lempeng tersebut maka jumlah magma yang berada di dalam gunung berapi pun akan semakin meningkat. Selain mengalami peningkatan magma, di daerah pertemuan antar lempeng bumi pada waktu tertentu akan terjadi penumpukkan energi akibat tekanan antar lempeng yang menyebabkan instabilitas. Karena bebatuan pada daerah tersebut tidak mampu lagi menahan tekanan, maka bebatuan tersebut bisa patah sambil melepaskan energi. Pelepasan energi tersebut menjalar ke permukaan bumi dengan gelombang vertical dan horizontal yang menggoyangkan semua yang ada di permukaan bumi. Inilah yang kemudian kita rasakan sebagai goncangan besar atau gempa bumi. Selain menyebabkan instabilitas pada permukaan bumi, tekanan akibat tumbukan antar lempeng tersebut juga akan menekan aliran magma di perut bumi sehingga menyebabkan peningkatan aliran magma.

Akibat peningkatan aliran magma tersebut maka jumlah aliran magma yang naik ke permukaan bumi pun juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan aliran magma ke permukaan bumi tersebut akan menyebabkan peningkatan aktivitas vulkasnis pada gunung berapi yang dapat muncul dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuk peningkatan aktivitas vulkanis tersebut dapat berupa erupsi gunung berapi. 

Referensi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar